Mengetuk beduk, cerminan karakter dan dinamika sosial masyarakat, mengenang Ahmad Bakri Guru SPG Negeri Ciamis (1967-1969)

Oleh Sunaryo Kartadinata

Cerita “Ketika Beduk Bertalu” yang ditulis Prof. Dinn menawarkan sebuah eksplorasi mendalam tentang nilai-nilai sosial, budaya, dan religius dalam masyarakat Sunda melalui narasi yang terkait dengan penggunaan bedug.

Saya melihat satu butir saja terkait karya Ahmad Bakri. Beliau, Ahmad Bakri (alm) adalah Guru saya di SPG Negeri Ciamis (1967-1969), Guru Bahasa Sunda yang termasyhur karena novel-novel yang ditulisnya a.l. “Agul ku Payung Butut” yang disinggung pada tulisan Prof. Dinn.

Beliau sosok guru yang tegas, berwibawa, novel-novelnya sarat makna, dan acap kali disajikan dalam bentuk komedian. Semoga beliau mendapat ampunan dan tempat Mulya Jannatun Naim di sisi Alloh Subhanahu Wata’ala. Amiin. Al Fatihah.

Dalam konteks ini, Ahmad Bakri memanfaatkan bedug tidak hanya sebagai simbol keagamaan yang mengumandangkan waktu shalat atau berbuka puasa tetapi juga sebagai sarana cerminan karakter dan dinamika sosial masyarakat.

Nilai utama yang dapat diangkat dari cerita ini meliputi pentingnya kesadaran dan kepedulian komunal. Melalui insiden salah tabuh yang menyebabkan warga kampung berbuka puasa lebih awal, ceritera ini menyoroti pentingnya kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kesalahan pemuda yang “merebot” bukan hanya kegagalan individu tetapi juga refleksi dari keterputusan komunikasi dalam masyarakat.

Kritik terhadap sikap sombong dan jarak sosial. Juragan naib, dengan sikap “gila hormat” dan keengganannya untuk berbaur dengan warga, dijadikan simbol kritik terhadap individu-individu yang memisahkan diri dari komunitas karena status sosial atau kebanggaan pribadi. Sikapnya yang sombong merusak harmoni sosial dan secara tidak langsung berkontribusi pada kegagalan bersama.

Pentingnya tradisi dan simbol keagamaan. Bedug, sebagai simbol keagamaan dan kultural, ditekankan fungsinya dalam mempersatukan masyarakat, menandai momen-momen penting keagamaan, dan sebagai alat komunikasi tradisional.

 

Sumber : http://berita.upi.edu/mengetuk-beduk-cerminan-karakter-dan-dinamika-sosial-masyarakat-mengenang-ahmad-bakri-guru-spg-negeri-ciamis-1967-1969/