PELATIHAN TEKNOLOGI ASISTIF BAGI GURU PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI KOTA BANDUNG

Kegiatan ini merupakan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan pada tahun 2021, kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu 7 Agustus dan 8 Agustus tahun 2021, yang diikuti dengan pembimbingan melalui Whatsapp grup. Banyak yang setuju bahwa teknologi memiliki potensi besar untuk meningkatkan kemampuan individu penyandang  disabilitas  (Zhang,  2000).  Teknologi  bantu (AT)  dapat  berfungsi  sebagai  prostesis  kognitif,  yaitu teknologi yang mengoreksi gangguan bagi individu penyandang disabilitas (Cavalier, Ferretti, & Okolo, 1994) dan dapat membantu mereka mengakses kurikulum umum. Ini juga dapat digunakan sebagai pendukung untuk menyelesaikan tugas atau mempelajari materi baru (Anderson-Inman,   1999;   Raskind,   1994).   Namun demikian, tampaknya masih ada sejumlah hambatan  untuk berhasil memasukkan AT ke dalam kehidupan sehari-hari para penyandang disabilitas. Pada perkembangannya, penggunaan teknologi asistif tidak meningkat selama periode 5 tahun (2000-2004) dan bahwa keterlibatan orang tua dan penempatan pendidikan secara signifikan berdampak pada penggunaan teknologi asistif. Banyak hambatan dapat berkontribusi pada kurangnya penggunaan teknologi asistif termasuk sikap budaya atau bias terhadap teknologi (Carey, DelSordo, & Goldman, 2004), sikap pribadi (Zascavage & Keefe, 2004), kurangnya sumber daya (Lahm, 2003; Lee & Vega, 2005), dan kurangnya waktu pengajaran (Collier, Weinburgh, & Rivera, 2002).  Namun, literatur mengungkapkan bahwa hambatan yang paling menonjol untuk penggunaan teknologi asistif mungkin adalah kurangnya keterampilan teknologi di antara tenaga profesional yang berkualitas, khususnya guru siswa dengan gangguan penglihatan (Abner & Lahm, 2002; Candela, 2003; Lee & Vega, 2005; Zascavage & Keefe, 2004). Beberapa peneliti telah mendokumentasikan bahwa guru siswa tunanetra melaporkan bahwa mereka tidak merasa cukup kompeten untuk mengajar siswa mereka menggunakan teknologi asistif (Abner & Lahm, 2002; Edwards & Lewis, 1998; Kapperman et al ., 2002; Zhou, Ajuwon, et al., 2012; Zhou, Parker, Smith, & Griffin-Shirley, 2011; Zhou, Smith, Parker, & GriffinShirley, 2011), Ajuwon, dkk. (2012). Pendanaan penelitian untuk siswa tunanetra telah lama didanai kurang (Corn & Ferrell, 2000; Mason, Davidson, & McNerney, 2000). Berdasarkan uraian dari pikiran yang dituangkan diatas, penulis bermaksud untuk memberikan pelatihan teknologi asistif di persekolahan melalui salah satu program pengabdian pada masyarakat yaitu Pelatihan Teknologi Asistif Bagi Guru Pendidikan Jasmani Adaptif di Kota Bandung. Dengan harapan dapat merumuskan berupa ide dan gagasan atau blue print tentang teknologi asistif dalam pendidikan jasmani adaptif. Dalam kaitan itulah, melalui program pelatihan teknologi asistif bagi guru pendidikan jasmani adaptif di kota Bandung.  salah satu rumusan permasalahan yang dirumuskan adalah “Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru pendidikan jasmani dalam teknologi asistif pada pendidikan jsamni adaptif baik itu di SLB dan Sekolah Inklusi?”

Pelaksanaan program pelatihan teknologi asistif bagi guru pendidikan jasmani adaptif di kota Bandung didasarkan pada beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut :

  1. Membekali pengetahuan dan pemahaman bagi para guru dalam hal pengelolaan organisasi keolahragaan di persekolahan.
  2. Membekali pengetahuan dan pemahaman bagaimana strategi pengelolaan organisasi keolahragaan di persekolahan.
  3. Membekali pengetahuan bagaimana cara mengatur pengelolaan keuangan dalam pengelolaan organisasi keolahragaan di persekolahan.

Pelatihan ini merupakan salah satu program unggulan dari Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia, dibiayai oleh dana hibah pengabdian kepada masyarakat Program Studi PJKR. Pelaksanaan pelatihan dilakukan secara Daring. Awalnya Peserta merupakan guru pendidikan jasmani SMP dan SMA serta SLB dan Sekolah Inklusi dilingkungan dinas Pendidikan kota Bandung tetapi kemudian berkembang lebih besar, karena tidak menutup kemungkinan untuk membagikan pelatihan ini ke khalayak guru yang fokus dalan penjas adaptif. Level dari pelatihan ini adalah pelatihan yang bersifat Nasional jumlah  peserta secara Luring berjumlah 10 orang dan secara daring berjulah 40 orang sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 50 orang. Sasaran dari pelaksanaan pelatihan teknologi asistif bagi guru pendidikan jasmani adaptif adalah para guru penjas yang berada di Kota Bandung.  Program PKM ini dilaksanakan melalui kerjasama antara Prodi PJKR, Departemen Pendidikan Olahraga, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dengan Ikatan Guru Olahraga Kota Bandung. Khalayak sasaran atau peserta pelatihan diestimasikan berjumlah 50 orang yang berasal dari sekolah-sekolah yang berada di Kota Bandung yang merupakan guru – guru SMP, SMA, SLB dan Sekolah Inklusi. Kegiatan ini terbagi ke dalam beberapa tahapan yaitu:

Tahapan persiapan, tahap persiapan, terdiri atas kegiatan:

  1. Workshop validasi program pembelajaran untuk dikompilasi dalam dokumen bahan pelatihan (modul dan program ).
  2. Penyusunan instrumen keberhasilan program pelatihan dalam bentuk tes kemampuan kognitif, kualitas proses workshop, respon afektif, dan observasi praktek penerapan program pembelajaran
  3. Organisasi perizinan, penentuan nara sumber, dan koordinasi dengan para guru pendidikan jasmani adaptif di lingkungan Kota Bandung.

Tahapan Pelaksanaan, tahap pelaksanaan adalah tahapan proses pemberian materi pelatihan di dalam kelas dan lapangan dengan tujuan untuk menginternalisasikan materi tersebut dalam bentuk pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan para guru penjas adaptif untuk menerapkan program pelatihan teknologi asistif pada proses belajar mengajar. Melalui internalisasi ini diharapkan akan terbangun komitmen kuat dikalangan para guru pendidikan jasmani adaptif untuk menggunakan teknologi asistif dalam setiap proses pembelajaran. Tahap pelaksanan dikompilasi oleh beberapa langkah kegiatan:

  1. Tes awal pemahaman kognitif para guru pendidikan jasmani adaptif terkait teknologi asistif.
  2. Pelatihan (workshop) pembuatan teknologi asistif sederhana (diskusi, simulasi, dan praktek)
  3. Latihan praktek penerapan teknologi asistif pada pembelajaran dalam sebuah skenario pembelajaran / latihan.

Tahap tindak lanjut, tahap tindak lanjut adalah tahap implementasi program setelah kegiatan pelatihan di sekolah masing-masing dilengkapi dengan program monitoring, diskusi kelompok terarah (focus group discussion), dan seminar hasil.